BANDA ACEH — Tim PKM dari Universitas Syiah Kuala (USK) sukses memperkenalkan inovasi alat detektor derajat keparahan COVID-19 dalam rangka mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) yang diselenggarakan oleh Simbelmawa di bawah Kemenristekdikti. Alat tersebut dapat memberikan panduan Kesehatan secara telemedicine.
Tim yang dibimbing oleh Dr. dr. Budi Yanti Sp.P(K) terdiri dari ketua tim, Adinda Zahra Ayufi Ramadhani dari Pendidikan Dokter, dengan anggota Zarfan Fawwaz Muhamad dari Pendidikan Dokter, Al Yafi dari Teknik Komputer, dan Rahmad dari Teknik Elektro.
Adinda menjelaskan, dengan menargetkan masyarakat awam, alat detektor ini dapat menentukan adanya infeksi COVID-19. Kemudian dapat mengkategorikan derajat keparahan berdasarkan citra foto toraks, keluhan klinis serta hasil tanda-tanda vital.
“Sehingga setiap individu dapat mendeteksi infeksi COVID-19 secara mandiri, lalu mendapatkan penanganan yang akurat sesegera mungkin,” ucapnya.
Tim yang telah terbentuk sejak Maret 2022 awalnya memulai penyusunan PKM ini dengan mendiskusikan proses perjalanan COVID-19. Kemudian menelaah permasalahan yang berkaitan dengan COVID-19 dengan literatur dan teknologi terbaru agar dapat melakukan pemecahan terhadap permasalahan COVID-19 yang ada.
Beberapa hal yang mendukung pembuatan alat detektor ini kemudian dievaluasi sesuai dengan kebutuhan. Lalu menyusun prototipe sesuai perkembangan ilmu yang didapatkan selama menyusun prototipe.
“Dalam penyusunan prototipe, juga dilakukan pengumpulan dataset foto toraks pasien COVID-19 yang terkonfirmasi dan pernah dirawat di RSUDZA Banda Aceh,” jelasnya.
Selama pengumpulan dataset, tim ini mengumpulkan 800 data dari RSUDZA Banda Aceh yang sebelumnya telah memiliki surat etik, kemudian dilakukan percobaan dengan data dari rumah sakit tersebut.
Pengujian alat dilakukan pada pasien yang dicurigai terindikasi COVID-19 serta pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau Poli Pinere RSUDZA Banda Aceh. Dari hasil pengujian, alat ini dapat menentukan seseorang terinfeksi covid dengan akurasi lebih dari 92% dan dapat mengkategorikan derajat keparahan pasien. Saat ini, tim ini telah memiliki hak paten terhadap alat detektor tersebut.
Tim ini berharap dengan terciptanya alat ini, masyarakat yang awam sekalipun dapat melakukan pengecekan secara dini terhadap infeksi COVID-19 tanpa harus memasukan benda asing kedalam hidung serta mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat. []
Discussion about this post