Oleh : Jacob Ereste
ASNAPOST.COM | Tak ada jalan lain melawan mavia bahan makanan pokok dan kebutuhan lainnya bagi rakyat kecuali melakukan perlawanan budaya seperti minyak goreng, harus dihentikan sikap dari ketergantungan terhadap produk-produk tersebut.
Upaya untuk membebaskan diri dari sikap ketergantungan terhadap suatu produk dapat menjadi suatu gerakan kesadaran bersama untuk menekan suatu produk — termasuk dari kebun dan hasil tambang dari negeri kita sendiri — yang tidak lagi bisa dinikmati oleh bangsa kita sendiri.
Kecuali itu, rakyat pun tidak bisa sepenuhnya bergantung pada kemampuan serta kemauan pemerintah yang tak sepenuhnya mampu mengatasi maupun melindungi kepentingan rakyat. Karena terlalu banyak kelemahan yang membuatnya tak berdaya. Sebab mavia minyak goreng dan sejumlah produk dari negeri kita termasuk hasil tambang dan komoditi lainnya — gula, kopi, jagung, kedele bahkan garam dan daging serta ikan — semua itu dikuasai oleh tengkulak, mavia atau mereka yang cuma mencari keuntungan tanpa pernah tersentuh rasa pirasa kemanusiaannya untuk menjaga keharmonisan bersama untuk menghadapi berbagai persaingan yang terus menekan akibat kerasukan iblis kapitalis dan materialis yang kini berwajah lebih ramah untuk memperdaya kita dengan nama neolib.
Idealnya untuk melawan mavia minyak gireng — kecuali dengan membebaskan diri dari sikap ketergantungn pada minyak goreng itu — ada baiknya produksi model rumahan yang pernah menjadi pilihan usaha pada nenek moyang kita dengan cara membuat sendiri minyak goreng dari buah kelapa yang cukup murah di semua pasar tradisional kita dapat digiatkan kembali aktivitas usaha seperti itu.
Hakekat dari kedaukatan pangan bagi rakyat hanya mungkin semua itu dilakukan sendiri oleh rakyat tanpa tergantung pada satu pihak, termasuk dengan pemeritrah.
Pengalaman lama, toh sudah sering terulang, saat masa panen semua jenis produk yang dihasilkan petani kita selaku anjlok harganya. Saat musim tanam bibit pun sulit dudapatkan. Karena menang tugas dan fubgsi Departemen dan Dinas Pertanian sekedar omongan belaka. Bukan menjaga nilai harga serta model distribusi pupuk yang selalu ikut mencekik para petani.
Karwna itu, upaya bebas dari ketergantungan pada bibit, pupuk hingga stabilitas harga di pasar saat panen harus mulai dicarikan jalan untuk menghajar semua jaringan mavia itu agar kedaulatan pangan dapat dipelopori oleh rakyat tanpa harus mengharap serta menunggu inisiatif pemerintah.
Apalagi sekarang — menjelang Pilkada dan Pilpres 2024 — semua pejabat lebih sibuk mempersiapkan dirinya untuk kembali memperoleh posisi — meski tidak lebih baik dari posisi sebelumnya — minimal dapat bertahan pada posisi atau level yang pernah diduduki sebelumnya. Meski mereka sendiri pun paham dan sadar bahwa sesungguhnya rakyat telah merasa muak dengan apa saja yang sudah mereka lakukan. Karena bukan saja tidak memberi manfaat bagi rakyat, justru prilaku dan kebijakan yang dilakukan sangat merugikan atau bahkan melukai hati rakyat.
Karena itu saatnya rakyat membebaskan diri dari sikap ketergantungan pada pihak manapun. Apalagi hanya sekedar calon pada Pilkada maupun Pilpres yang kelak pun sangat mungkin tidak bisa diharap melakukan perubahan guna perbaikan kualitas budaya hidup yang lebih baik dan lebih manusiawi. Bukan untuk mengumbar birahi sendiri.
Banten, 22 Mei 2022
Discussion about this post