LHOKSEUMAWE — Puluhan pedagang di Jalan Pasee, Desa Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe bentrok dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Wilayatul Hisbah (WH) lantaran menolak digusur, Senin (16/1/2023).
Pantauan di lapangan, ratusan pedagang yang didominasi kaum emak-emak (wanita paruh baya), menghadang petugas Satpol PP yang akan membongkar bangunan di kawasan tersebut. Aksi itupun sempat diwarnai bentrokan antara petugas dengan pedagang dikarenakan Satpol PP- WH hendak melakukan pembongkaran lapak pedagang yang disebut ilegal di daerah sekitar.
Bentrokan tak dapat dielakkan hingga baku hantam antara petugas Satpol PP dan warga. Puluhan warga dan petugas Satpol PP mengalami luka-luka, bahkan seorang diduga anarkis diamankan ke Mapolsek Banda Sakti.
Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Satpol PP dan WH Kota Lhokseumawe Dhiyauddin mengatakan seorang warga ditangkap dalam kejadian itu karena bertindak anarkis dengan memukul petugas dan memprovokasi warga lainnya.
“Pembongkaran lapak liar tersebut dilakukan untuk penataan kota agar lebih indah. Sebelumnya, kami sudah memberikan tiga surat peringatan kepada warga agar membongkar lapak, namun tidak diindahkan, sehingga, pembongkaran terpaksa dilakukan,” katanya.
Dhiyauddin mengatakan bentrokan terjadi akibat warga menolak dan tidak menerima pembongkaran yang dilakukan petugas.
Akibat perlawanan pedagang dan untuk menghindari jatuhnya korban, petugas akhirnya menunda pembongkaran lapak dan memberikan kesempatan kepada pedagang untuk membongkar sendiri bangunan lapak dagangan mereka.
“Kami tegaskan kembali bahwa pembongkaran lapak tetap dilakukan besok. Nantinya, para pedagang ini akan dipindahkan ke area stadion,” kata Dhiyauddin menyebutkan.
Munie, pedagang yang lapaknya dibongkar, mengatakan pihaknya akan tetap menolak pembongkaran yang dilakukan petugas Satpol PP dan meminta keadilan dari Penjabat (Pj) Wali Kota Lhokseumawe.
“Kami rakyat kecil meminta keadilan dari Bapak Pj Wali Kota. Di sini, kami tidak mendapatkan keadilan, bahkan kaum emak-emak pun dianiaya petugas Satpol PP,” katanya.
Munie menyebutkan, lokasi tersebut merupakan tempat mencari nafkah untuk keluarganya dan akan mempertahankan lapak tersebut apa pun yang terjadi ke depannya meskipun harus terjadi pertumpahan darah sekali pun.
“Izinkan kami berjualan. Bagaimana cara kami untuk mencari rezeki. Jadi tenaga harian lepas pun diberhentikan. Bagaimana dengan nasib kami. Mohon keadilannya Bapak Pj Wali Kota Lhokseumawe,” kata Munie.
Discussion about this post