Sabang – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal membuka kegiatan pelatihan membuat event tradisional dan atraksi desa wisata di Sabang, pada Kamis, 1 Desember 2022 di Gampong Jaboi.
Kegiatan itu diikuti oleh 40 orang perwakilan dari 10 desa wisata di Sabang. Almuniza menyampaikan, saat ini desa wisata menjadi kekuatan baru pariwisata yang bisa menggaet wisatawan.
Untuk itu pelatihan ini sangat berguna agar meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan kompetensi masyarakat di desa wisata untuk mengasah kreatifitas.
“Kegiatan ini untuk meningkatkan SDM yang berkelanjutan dan mengasah kreativitas untuk menciptakan inovasi dalam pembuatan event di desa wisata,” kata Almuniza.
Menurutnya, trenn pariwisata saat ini bukan lagi secara individu tourism. Melainkan sudah berbasis berkelompok, komunitas hingga keluarga. Umumnya, kata dia, mereka tak ingin lagi melihat gedung-gedung tinggi, tetapi destinasi wisata alternatif yang unik.
Untuk itu, desa wisata harus mampu membaca peluang tersebut dengan mengedepankan budaya serta kearifan lokal untuk bisa memikat wisatawan dan menjadi pilihan dalam pengembangan pariwisata.
Sebab pada desa wisata umumnya memiliki keragaman produk yang dapat di tawarkan kepada wisatawan dengan produk utama yaitu kehidupan sehari-hari masyarakat di desa.
Pengalaman yang diberikan kepada wisatawan berupa keragaman budaya, keunikan alam dan karya kreatif di desa.
“Ini yang menjadi kekuatan kita di masa depan. Tren wisata itu sudah mulai berubah. Di kota-kota besar itu orang sudah malas lihat gedung-gedung tinggi. Mereka lebih mencari wisata alternatif lain. Alternatif ini adanya di desa,” ucapnya.
Ia juga berpesan kepada peserta, untuk memahami setiap komponen dasar yang wajib tersedia dalam rangka pengembangan desa wisata seperti atraksi dan akomodasi.
Dalam pengembangannya, dua aspek dasar ini sangat perlu untuk ditunjang dengan aspek-aspek lain seperti Accesability (Akses), Amenities (Fasilitas), Atraktions
(Atraksi dan Daya Tarik Wisata) dan Ancillary (Kelembagaan) Seperti, Pokdarwis, Pengelola Desa Wisata dan Bumdes/BUMK.
“Dengan dasar itu, kami berharap
kegiatan ini dapat menghasilkan sebuah pemahaman baru terhadap perkembangan desa wisata di Aceh sebagai ujung tombak terciptanya desa wisata, sesuai tagline kita ‘Lestarikan Budaya, Majukan Pariwisata’,” ujar Almuniza.
Sementara itu, Pj Wali Kota Sabang Reza Fahlevi mengatakan, saat ini Sabang hanya dikenal dengan potensi wisata airnya berupa diving. Namun, hal itu belum mencakup secara keseluruhan. Padahal potensi wisata alternatif yang bisa digarap di setiap desa banyak.
Ia berharap lewat kegiatan ini, para pelaku wisata di desa bisa mendesain event tradisional yang benar-benar unik, memiliki daya tarik dan keunggulan yang di daerah lain belum tentu ada.
“Jadi ke depan wisatawan ke Sabang tidak hanya ke KM 0 atau ke Iboih saja, tapi bisa ke desa wisata yang menawarkan wisata alternatif. Tujuannya wisatawan bisa bertahan lama hingga mau berbelanja banyak,” ucapnya.
Dalam pelatihan yang dimotori Bidang Pengembangan Destinasi Disbudpar Aceh itu turut diikuti perwakilan dari 10 desa, masing-masing dari Desa Wisata Jaboi, Anoi Itam, Aneuk Laot, Iboih, Krueng Raya, Paya Seunara, Paya, Cot Bak, Ue Meulee dan Kuta Timu.
Discussion about this post