ACEH BESAR – Dalam rangka melestarikan budaya daerah serta mempromosikan wisata Kreung Jalin, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh melalui UPTD Taman Seni dan Budaya menggelar apresiasi seni daerah Aceh bertajuk ‘Saweu Gampong: Pejroh Seni dan Budaya’ di Desa Suka Tani, Jantho, Aceh Besar.
Kegiatan yang dibalut dalam Panggung Regular VI Piasan Nanggroe tersebut dimulai 11 November hingga 12 November 2022. Kegiatan ini turut dimeriahkan lima grup musik etnik lokal Aceh seperti, Na Geuransang, Fantastik Band, Group Lawak Apa Kense, Syair Aceh Media Hus dan Sanggar Sasamlako.
Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal mengatakan, lewat kegiatan ini pihaknya bermaksud ingin mewadahi terhadap capaian-capaian kratifitas baru dari hasil karya pelaku seni dan budaya di Aceh. Apalagi kegiatan tersebut diadakan di tempat yang memiliki potensi wisata yang cukup menjanjikan.
“Sesuai dengan tagline kita ‘Lestarikan Budaya, Majukan Pariwisata’. Bentuk melestarikan adalah tetap mengedepankan kebudayaan yang kita miliki memajukannya dengan meramah tamahkan siapa pun yang akan datang, karena itu adalah ekosistem pariwisata yang akan menjadi kekuatan desa Suka Tani yang akan datang,” kata Almuniza Kamal saat memberikan arahan dalam kegiatan itu, Jumat, 11 November 2022, malam.
Desa Suka Tani merupakan salah satu daerah konflik sebelum perdamaian GAM-RI. Tempat ini juga memiliki pesona alam yang cukup menjanjikan untuk bisa menarik wisatawan petualang ke lokasi ini. Hal itulah yang membuat Disbudpar Aceh ingin memanfaatkan potensi tersebut.
“Karena saya anggap kegiatan ini memang penting dan saya anggap kegiatan ini akan berdampak baik bagi desa ini, dan tentunya bagi penduduk,” katanya.
Almuniza yakin, dengan adanya kegiatan ini dan tekad yang kuat serta kekompakan dari penduduk untuk memajukan daerah, Desa Suka Tani akan menjadi destinasi desa wisata yang maju dan tentunya akan berdampak pada ekonomi warga setempat.
Bahkan dengan potensi alam yang menjanjikan tadi, bukan tidak mungkin lokasi ini masuk dalam Top Ten Khazanah Piasan Nanggroe tahun depan, jika dikelola dengan baik.
“Tentu kami sebagai penanggung jawab kebudayaan dan pariwisata Insyaallah akan menjadikan ini salah satu top 10 untuk menjadi wisata di Aceh Besar,” ujar Almuniza.
Untuk itu ia berharap, melestarikan budaya juga harus selaras dengan menghidupkan pariwisata. Menurutnya, dua komponen itu harus berjalan beriringan dengan tetap mengedapankan kolaborasi, inovasi dan adaptasi tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Discussion about this post